Scabies pada kucing, yang disebabkan oleh Notoedres cati, merupakan ektoparasitosis yang bersifat zoonotik dan sangat menular antar kucing. Pencegahan atau profilaksis terhadap infestasi ini memerlukan pendekatan multidisipliner, meliputi sanitasi lingkungan, biosekuriti, dan manajemen kesehatan hewan. Menurut Veterinary Parasitology, kebersihan lingkungan sangat krusial dalam menghambat siklus hidup tungau. Disinfeksi kandang, tempat tidur, dan peralatan makan secara berkala dengan larutan antiseptik atau desinfektan berdaya viruksidal dianjurkan.

Isolasi hewan baru atau hewan yang menunjukkan gejala klinis — seperti pruritus berat, eritema, lesi keratotik, dan alopecia lokal di area aurikula, wajah, serta ekstremitas — penting untuk mencegah transmisi horizontal. Profilaksis farmakologis dengan agen antiparasit seperti ivermektin atau selamectin dapat diberikan sesuai anjuran dokter hewan, terutama pada kucing yang tinggal di area endemik. Dukungan imunologis melalui pemberian nutrisi seimbang dan suplementasi imunostimulan juga berkontribusi terhadap resistensi terhadap infestasi.

Monitoring rutin melalui pemeriksaan dermatologis dan scraping kulit dapat mendeteksi infestasi subklinis secara dini. Edukasi pemilik hewan terkait transmisi dan pencegahan sangat penting sebagai bagian dari pendekatan One Health dalam pengendalian scabies pada hewan domestik.

Pengendalian tiga faktor diatas jika dilakukan secara baik dan benar, maka kejjadian diare terutama infeksi Bovine Rotavirus dapat diminimalisir. Pengendalian akan menjadi lebih baik jika ditambah dengan program vaksinasi. Pemberian vaksin dapat dilakukan pada induk di trimester ketiga atau pada masa Close Up.

Daftar pustaka :

• Curtis, C. F. (2004). Treatment of canine and feline scabies. Veterinary Dermatology, 15(1), 26–32.

• Bowman, D. D. (2020). Georgis’ Parasitology for Veterinarians (11th ed.). Elsevier.

• Wall, R., & Shearer, D. (2008). Veterinary Ectoparasites: Biology, Pathology and Control (2nd ed.). Blackwell Publishing.